Senin, 03 Maret 2008

Pantun SBY buat Guru

"Berlayar kita ke Pulau Rupat. Memandang lepas ke arah Pekan Baru. Bila kita ingin maju dan bermartabat, mari kita tingkatkan pendidikan dan peran guru."

KUTIPAN berirama pantun itu meluncur dari mulut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono disela-sela pidato yang disampaikannya pada acara Puncak Hari Guru Nasional 2007 serta HUT ke-62 PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia) di Rumbai Hall Sport Centre, Pekan Baru, Riau, kemarin (25/11).

Rupanya, Presiden cerdas pula melempar pantun yang bagi sebagian besar masyarakat Riau sudah menjadi tradisinya.

Lantunan pantun yang menyanjung keberadaan guru itu pun menuai aplaus ribuan guru yang memadati ruangan itu. Memang, dalam setiap bait pidatonya, Presiden begitu menyanjung-nyanjung profesi guru. Di awal pidatonya, Presiden mengatakan, dirinya bangga saat mengenakan seragam batik PGRI. Kostum kebesaran guru itu pun dipakai oleh semua rombongan yang ikut Presiden ke Riau.

"Semoga pelita yang kita lihat di kanan kiri kita dan di dada Saudara, menerangi kehidupan bangsa Indonesia, menuntun perjalanan bangsa menuju masa depan yang lebih baik," kata Presiden sambil memegang batiknya.

Lalu, Presiden pun bercerita pengalamannya saat menjadi guru. Rupanya, 30 tahun lalu, sekitar tiga tahun pertama saat bertugas di lingkungan TNI, Presiden SBY pernah menjadi guru militer.

"Tiga tahun sebagai dosen, saya juga pernah mengikuti pendidikan PGSLP di Malang. Karena itu kita semua mencintai profesi guru, kita semua berterima kasih atas pengabdian para guru yang mengantarkan kita semua ke masa depan menuju cita-cita kita," lanjutnya.

Setiap memperingati hari guru, Presiden mengaku bersyukur dan berterima kasih kepada guru yang tulus dalam meningkatkan perannya di dunia pendidikan di seluruh Tanah Air.

"Namun, kalau kita menyayangi guru, kalau kita mencintai guru, apakah kita peduli pada kesejahteraan guru?" tanya Presiden.

Menurut Presiden, bangsa ini harus peduli dan terus menerus meningkatkan kesejahteraan dan kemampuan guru sesuai dengan kemampuan keuangan negara, kemampuan anggaran pusat maupun daerah.

Tetapi, Presiden mengingatkan, bahwa dirinya sebagai pemimpin juga harus adil. Di hadapan ribuan guru, Presiden mengaku dirinya sering menerima SMS, telepon, atau menerima surat yang datang dari sejumlah kalangan.

"Isinya Pak SBY, kami kaum petani, tolong diperhatikan. Lalu, lain kali, kami para nalayan jangan dilupakan, kami para buruh tolong diingat, kami para petugas kesehatan di daerah terpencil tolong dipikirkan," ceritanya. Karena itu, kepada para guru, Presiden mengatakan dirinya harus adil.

Namun, Presiden menegaskan, kesejahteraan guru tetap diprioritaskan. Presiden juga menyerukan agar para menteri, gubernur, wali kota/bupati untuk bersatu meningkatkan pendidikan dan kesejahteraan guru dengan mengalokasikan anggaran dari sumber daya lain yang pantas, sesuai kemampuan negara, baik pemerintah pusat atau daerah.

Presiden juga menghimbau agar tidak melarang para guru menyampaikan aspirasi. Namun, dia meminta untuk menyampaikan aspirasi itu kepada pemerintah, para guru tidak melakukannya dengan demonstrasi. "Kalau para guru demo, terus yang ngajar siapa? Jadi, muridnya bingung," kata Presiden.

Dalam kesempatan itu, Presiden sebelumnya memberikan penghargaan Satyalencana Pembangunan kepada 12 kepala daerah dan penghargaan Satyalancana pendidikan kepada 14 orang tenaga pengajar yang telah memberikan kontribusi bagi pengembangan pendidikan di daerahnya masing-masing.

Usai memberikan sambutan, Presiden menandatangani prasasti, didampingi Mendiknas Bambang Sudibyo, Gubernur Riau Rusli Zainal dan Ketua PGRI, Muhammad Surya.

Tampak hadir dalam rombongan SBY dalam kunjungan kerjanya ke Pekan Baru ini antara lain Ketua DPD Ginanjar Kartasasmita, Menko Kesra Aburizal Bakrie, Mensesneg Hatta Rajasa, Seskab Sudi Silalahi, Menag Maftuh Basyuni, Menneg Pendayaangunaan Aparatur Negara Taufik Effendi, Meneg Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar, Meneg PDT Lukman Edy, dan Jubir Presiden, Andi Mallarangeng.

Ketua Umum PGRI, Prof DR M Surya dalam sambutannya mengatakan, kehadiran Presiden pada acara ini menambah rasa optimistis para guru, sekaligus pencerahan bagi guru.

"Sejak 2004, Presiden SBY telah mencanangkan jabatan guru sebagai profesi. Kami juga mengharapkan finalisasi PP tentang Guru sebagai Peraturan Pelaksana dari UU No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen," kata Surya.

Dalam kesempatan itu, Surya juga mengatakan, guru akan berpartisipasi untuk melestarikan lingkungan dengan menanam satu pohon untuk satu guru. Dalam acara itu, penyerahan pohon secara simbolis diserahkan Surya kepada Meneg Kelestarian Lingkungan Hidup (KLH) Rachmat Witoelar.

Menjadi Contoh

Saat berpidato, Presiden agaknya mengkritik sejumlah elit politik yang dianggap sebagai pemimpin namun kerap mengeluarkan pernyataan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Kepala Negara menilai, para pemimpin juga merupakan guru sehingga harus dapat memberikan contoh yang baiknya yang akhirnya akan diikuti rakyatnya. Apalagi, seseorang pemimpin tersebut dikenal sebagai guru bangsa yang bagi banyak kalangan sangat sulit mendapat gelar tersebut.

"Itu (guru bangsa, red) harus lebih lagi dipersyaratkan untuk berpikir dan berbuat demi masyarakat dan bangsanya. Lebih mawas diri ketimbang melihat orang lain apalagi dengan kebiasaan, kebahagiaan dalam menyalahkan dan mengkritik secara berlebihan seolah olah semua mereka (dianggap, red) salah," tegas Presiden.

Presiden menilai, pemimpin pada hakikatnya juga seorang guru yang tidak harus menjadi Guru Bangsa, Bapak Bangsa atau Ibu Bangsa. Karena itu, ucapan seorang pemimpin atau seorang guru harus dapat dipercaya karena benar, faktual, dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga dapat menjadi contoh, yang ahirnya diikuti oleh anak didiknya .

Presiden juga mengingatkan, sebagai seorang guru, pemimpin yang baik harusnya lebih mawas diri, menerapkan ilmu padi yang makin berilmu makin merunduk. Selain sebagai guru, lanjut Presiden, pemimpin juga harus bisa menjadi murid karena manusia tidak ada yang sempurna.

Presiden sendiri mengaku, setiap hari dirinya, termasuk pemimpin-pemimpin lainnya melakukan perbaikan diri, menyempurnakan kepribadian dan memantapkan langkah untuk mencapai hari esok yang lebih baik.

"Saya mengajak semua pemimpin di negeri ini, untuk belajar menjadi guru yang baik sekaligus menjadi murid yang baik, dan untuk melakukan hal hal yang baik pula."

Presiden juga meminta agar pemimpin menjadi pengayom untuk memajukan rakyat, tanpa melihat ada perbedaan agama, suku, etnis, daerah atau berbeda dalam partai politik. "Semua harus disayangi. Semua harus dicintai. Semua harus adil. Itulah pemimpin. Jangan kita senang mengotak-ngotakan karena berbeda partai," tegasnya lagi.

Kepada PGRI, Presiden menegaskan, dengan segala tantangan dan keterbatasan dana, pemerintah akan terus meningkatkan pendidikan karena Indonesia ingin menjadi bangsa maju yang bermartabat.

"Kita ingin menjadi bangsa dan manusia yang unggul, berdaya saing. Hidup lebih baik. Dan kita ingin menyumbangkan sesuatu untuk masyarakat kita. Adakah yang ingin menjadi bangsa maju dan menang dalam globalisasi?" tanya Presiden.

Untuk itu, peran guru dalam pendidikan harus ditingkatkan. Pemerintah akan terus meningkatkan kesejahteraan guru agar makin profesional.

"Bangsa ini harus terus melangkah ke depan. Meski ujian dan tantangan tidak ringan. Tetapi saya yakin, apabila pendidikan diperluas, maka arah perjalanan bangsa akan mencapai tujuan yang diharapkan bersama."

Presiden mengingatkan sejumlah tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia. Di era globalisasi ini, persaingan antarbangsa dan persaingan di dalam negeri akan semakin ketat sehingga perlu dtingkatkan kemampuan pengetahuan, skill, keuletan atau tidak mudah menyerah sehingga dalam persaingan akan menang.

Peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia yang belum tinggi menjadi tantangan sehingga perlu terus diberdayakan manusia Indonesia untuk mengurangi ketergantungan kepada pemerintah, sekaligus mengurangi kemiskinan.

Selain itu, Indonesia juga dituntut untuk dapat memberdayakan pontesi dan sumberdaya alam yang ada. "Kalau begini (tidak diolah, red) maka terus akan merugi, sehingga perlu diberdayakan dengan manajemen yang baik."

Presiden juga mengharap agar kalangan pendidikan dapat membentuk SDM yang inovatif dan kreatif untuk memajukan ekonomi dan kesejahteraan rakyat.

M. Yamin Panca Setia

Presiden SBY dan Ibu Negara menyapa para undangan pada acara peringatan Hari Guru serta HUT ke 62 PGRI di di Rumbai Hall Sport Centre, Pekan Baru, Riau, Minggu (25/11) pagi. (foto: muchlis/presidensby.info)

Tidak ada komentar: